Pemerintah
Reses II Dra. Sorta Ertaty Siahaan di Manduamas: Warga Sampaikan Aspirasi, dari Krisis Irigasi hingga Warung Remang-remang
TAPTENG | BIN.Net - Dra. Sorta Ertaty Siahaan, Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara, melaksanakan Reses II Tahun Sidang I periode 2024-2025 di Kecamatan Manduamas, tepatnya di Desa Saragih Timur, Dusun 2, pada Minggu, 9 Maret 2025. Kegiatan ini menjadi momentum bagi masyarakat untuk menyampaikan berbagai permasalahan yang mereka hadapi langsung kepada wakil rakyat.
Hadir dalam acara ini Drs. Rapidin Simbolon, MM, Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut sekaligus Anggota DPR RI Komisi XIII, serta Samuel Tinambunan, Anggota DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah. Pemerintah setempat, termasuk Kepala Desa Saragih Timur Hotmedi Simamora dan Kepala Desa Saragih Sahwin Tumagor, serta para tokoh masyarakat, agama, adat, pemuda, dan perempuan turut serta dalam diskusi yang berlangsung penuh antusias.
Keluhan Warga: Dari Krisis Irigasi hingga Dampak PT Multindo
Dalam sesi tanya jawab, keluhan masyarakat mengalir deras. Mangido Sihombing, seorang petani, mengungkapkan krisis pupuk yang belum mendapatkan solusi. "Sampai saat ini, kami belum pernah mendapat bantuan pupuk. Padahal, pertanian adalah sumber utama kehidupan kami," ujarnya.
Tak hanya itu, kondisi jalan di Lorong IV yang rusak parah menjadi perhatian serius. Jalan tersebut awalnya hanya gorong-gorong, kini berubah menjadi jembatan rusak yang telah menelan korban, baik pengendara motor maupun pejalan kaki. "Kami sudah ajukan ke kabupaten, tapi belum ada tindak lanjut. Maka, kami mohon bantuan provinsi," tambahnya.
Permasalahan penerangan juga masih menghantui warga Manduamas. Listrik baru dinikmati sejak Oktober 2024, dan warga sangat membutuhkan tiang tambahan untuk penerangan desa yang masih gelap di banyak titik.
CSR PT Nauli Sawit dan Ancaman Warung Remang-remang
Sigalingging, seorang pemuda Dusun Saragih Timur, menyoroti PT Nauli Sawit yang dinilai tidak transparan dalam program Corporate Social Responsibility (CSR). "Seharusnya ada dana CSR untuk masyarakat, tapi kami tidak pernah merasakannya," katanya.
Sigalingging juga menegaskan bahwa pemuda Manduamas butuh fasilitas olahraga agar terhindar dari narkoba dan pergaulan bebas. "Kami butuh dukungan untuk kegiatan olahraga agar anak-anak muda bisa punya aktivitas positif," ujarnya.
Masalah sosial lain yang menjadi sorotan adalah keberadaan warung remang-remang yang diduga menjadi sarang prostitusi dan peredaran narkoba. Jelita Sihotang, seorang ibu, menyuarakan kecemasannya.
"Saya khawatir, suami saya atau anak saya nanti terjerumus. Jangan sampai kampung ini menjadi tempat berkembangnya HIV/AIDS. Tolong, kita harus serius meninjau ini," ujarnya dengan nada penuh harap.
Dampak PT Multindo: Sawah Rusak, Air Sulit, dan Banjir Pasir
David Meha, tokoh masyarakat, mengeluhkan dampak lingkungan akibat aktivitas PT Multindo. Ia menyoroti bagaimana kerusakan hutan menyebabkan air hujan tidak lagi meresap dengan baik, sehingga sawah-sawah tertutup pasir akibat banjir.
"Sawah-sawah kami rusak, dan sekarang air PAM pun tidak ada. Kehidupan semakin sulit," ungkapnya.
Selain masalah pertanian dan lingkungan, Meha juga menyinggung keterbatasan akses pendidikan. Saat ini, tidak ada Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayah mereka, sehingga anak-anak harus menempuh perjalanan jauh untuk bersekolah.
"Kami butuh SMA di daerah ini, agar anak-anak tidak kesulitan menempuh pendidikan," pintanya.
Menanggapi berbagai keluhan, Samuel Tinambunan menegaskan komitmennya untuk bersinergi dengan DPRD Provinsi Sumut dan DPR RI guna mencari solusi.
"Momen seperti ini langka. Inilah kesempatan kita mengusulkan pembangunan yang benar-benar dibutuhkan. Kami siap bersinergi untuk membangun Tapanuli Tengah tercinta," ujarnya.
Sementara itu, Dra. Sorta Ertaty Siahaan menegaskan bahwa semua aspirasi akan diperjuangkan di DPRD Provinsi Sumut. Namun, ia juga menjelaskan tantangan dalam realisasi anggaran.
"Sayangnya, anggaran 2025 disusun sebelum saya menjabat, sehingga ada keterbatasan. DAU dipotong 50 persen, DAK dinolkan. Tapi saya berjanji akan mengawal semua usulan ini sampai paripurna," katanya.
Salah satu perhatian utama dalam reses ini adalah perbaikan sistem irigasi yang terakhir dibangun pada tahun 1995. Sihotang, Kepala Desa Manduamas, menjelaskan bahwa karena irigasi tak terurus, sawah-sawah kini beralih fungsi menjadi kebun sawit.
Jalo Tua Manullang, seorang petani, juga berharap ada penyediaan pupuk subsidi yang lebih baik. "Kami pernah dapat kartu tani, tapi sampai sekarang belum pernah menikmatinya," katanya.
Menanggapi hal ini, Sorta Siahaan meminta agar masyarakat membuat proposal yang jelas terkait irigasi dan pupuk, agar bisa lebih mudah diperjuangkan di tingkat provinsi.
"Irigasi ini harus jelas. Mana yang rusak, mana yang masih bisa diperbaiki, dan apa dampaknya bagi petani. Dengan data yang kuat, kita bisa dorong agar segera mendapat perhatian," jelasnya.
Kegiatan reses berlanjut ke Desa Manduamas Paranginan, di mana B. Limbong, tokoh adat, menekankan bahwa desanya merupakan lumbung pertanian yang membutuhkan lebih banyak perhatian.
Sementara itu, Harisman Simatupang, seorang guru, mengeluhkan kondisi SMA Negeri 1 Manduamas yang tidak pernah tersentuh renovasi.
"Sekolah ini butuh perbaikan. Fisik bangunan sudah tua, siswa semakin banyak, tapi fasilitas masih terbatas," jelasnya.
Menanggapi ini, Sorta Siahaan menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan infrastruktur pendidikan di daerah tersebut.
"Sekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak untuk belajar. Saya akan pastikan ini diperjuangkan," tegasnya.
Kegiatan reses ini menjadi bukti bahwa masyarakat Manduamas memiliki banyak persoalan mendesak, mulai dari pertanian, infrastruktur, lingkungan, hingga sosial. Dengan adanya dukungan dari perwakilan rakyat di berbagai tingkatan, harapan mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik semakin terbuka.
Namun, seperti yang disampaikan Sorta Siahaan, perjuangan belum selesai. Semua aspirasi ini akan dibawa ke Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPRD Provinsi Sumut, dan masyarakat diharapkan terus mengawal agar realisasi kebijakan benar-benar dirasakan.
"Saya datang untuk mendengar dan memperjuangkan. Ini bukan akhir, tapi awal perjuangan kita bersama," tutup Sorta dengan penuh semangat.
Pewarta: Ambrosius Simbolon
VIA
Pemerintah
Post a Comment